Perjalanan Mencari Jalan

Semar,
pernahkah Anda melihat Semar, sosok lelaki tua bertubuh bundar yang ada di pewayangan ?

Barangkali sebagian dari kita beranggapan bahwa sosok Semar dan tokoh-tokoh wayang yang lain hanyalah hasil sebuah pemikiran imajinatif yang kemudian melahirkan mahakarya seni dan budaya yang adiluhung di tanah Jawa. Aku sendiri tidak mengetahui hakikat Semar yang sebenarnya karena aku bukan dalang, bukan pujangga, bukan pula sastrawan. Yang akan aku ceritakan hanya sebatas pengalaman pribadi yang pernah melihat sosok Semar persis seperti yang kita lihat di pewayanganAdalah berawal dari keinginan untuk menjadi manusia yang kuat lahir dan batin, maka pada waktu masih duduk di bangku sekolah aku mengikuti kegiatan seni bela diri. Berbagai tempaan baik lahir maupun bathin telah aku lalui dengan tekun dan sabar. Meski demikian aku belum pernah berkelahi dengan orang lain karena aku sudah kenyang berkelahi adu tanding dengan teman-teman seperguruan pada waktu latihan, juga karena pesan guruku agar jadi seorang pesilat jangan sombong apalagi meremehkan orang lain. Lebih baik berrendah diri agar selamat. Keselamatan adalah tujuan dari orang belajar ilmu di persilatan. Demikian pesan guruku.

Toh di perguruan juga aku bukan pesilat yang tangguh, hanya sekedar bisa jurus sedikit, tangkis kanan tendang kiri, kemudian salto, tapi aku lebih senang pada pelajaran tenaga dalam yang bersumber dari latihan nafas disertai dzikir, tentu dzikir secara islami.

Setelah lulus sekolah, aku melanjutkan kegemaranku menimba ilmu kebatinan dan kanuragan ke beberapa orang yang aku anggap mumpuni di bidang kebathinan maupun kejawen.

Setelah aku menikah, berangsur-angsur aku mulai mengurangi kegemaranku untuk ngelmu dan lebih fokus pada urusan materi agar dapur rumah tangga tetap ngebul.

Karena kegemaranku, Kadangkala ada tetangga yg sakit dan mintai tolong padaku, lalu hanya dengan segelas air putih yang telah diberi doa, sembuhlah orang itu.
Tapi bukan menjadi dukun atau paranormal orientasiku, karena menjadi dukun atau paranormal bertentangan dengan nuraniku, aku lebih seneng menjadi guru ngaji karena itu adalah ibadah dan mempunyai makna dakwah dan perjuangan.

Pada suatu hari, hatiku bertanya-tanya mengapa kadang-kadang aku sering sakit-sakitan, kadang dihantui mimpi-mimpi buruk padahal dalam kehidupan sehari-hari aku membiasakan hidup sehat, merokok pun tidak pernah, apalagi minum minuman keras, sering juga berobat ke dokter dan ku tanyakan apa penyakitnya, dokter bilang : biasa, hanya alergi dan cuaca.

Aku merenungkan hal ini lama sekali, apakah karena penyakitku ini ada hubungannya dengan gangguan batin, ataukah karena umur yang semakin tua ? Rasanya kalau umur sih enggak lah, la wong aku ini masih muda.

Sampai pada suatu hari aku bertemu dan bertukar fikiran dengan sahabatku yang kebetulan juga seorang ahli ilmu kebatinan yang sudah sangat tajam penglihatan mata batinnya, padahal umurnya masih sangat muda dan dia hanya berguru kepada seorang Ustadh di kampungnya. Apa yang dikatakan sahabatku tentang sebab musabab seringnya aku mengalami sakit dan mimpi buruk ternyata sama denganku yaitu seringnya aku mengamalkan dzikir secara islami tapi juga mengamalkan ilmu-ilmu kedigdayaan yang bersumber dari kejawen. Jiwaku, yang diibaratkan sebagai sebuah wadah, berisikan dzikir dan amalan yang berbeda halauan, berbeda khodam, berbeda jenis dan aliran, mengakibatkan pertarungan batin yang tidak aku sadari, yang sangat merusak sendi-sendi kesehatan secara lahiriah, dan merusak nilai-nilai keimanan dipandang dari keislaman yang bertujuan mentauhidkan Allah. Tanpa aku sadari, mengamalkan ilmu kejawen mengakibatkan jiwaku bergantung pada kekuatan makhluk, meski itu beruba khodam atau jin, sedangkan dzikir secara islami mengajarkan untuk bergantung hanya kepada Allah. Satu -satunya manfaat aku menggabungkan dzikir islam dengan ilmu kejawen hanyalah pengalaman membanding-bandingkan antara keduanya, tapi tak sebanding dengan mudharat dan ancaman dosa serta siksa dunia akhirat yang aku terima.

Sungguh,
bukan maksud kemudian hati ini merasa sayang untuk membuang semua amalan yang berbau kejawen, namun aku ingin memastikan apa penyebab semua problema hidup yang sering aku alami ini, apakah karena pengaruh ilmu-ilmu kejawenku, ataukah hanya semata-mata karena Allah sayang pada hambanya sehingga Allah banyak memberi cobaan dan ujian kepadaku. Tapi rasanya tak bijaksana kalau kemudian aku menyalahkan dan menuntut kepada Allah akan semua kesulitan yang aku alami, karena pada hakikatnya dengan Rahmat dan kasih sayangNya-lah aku masih diberi hidup untuk kemudian berfikir, dan mencari jalan hidup yang lurus.

Dalam perenungan yang panjang itulah, dua jawaban berhasil aku temukan, kedua jawaban itu masing-masing aku dapatkan dari Bapak kandungku dan Bapak mertuaku. Dari Bapak kandungku aku selalu ingat wasiatnya pada waktu aku masih kecil yang mengatakan : kalau kamu mau menuntut ilmu, maka amalkanlah ilmunya Nabi Muhammad, karena Nabi Muhammad adalah manusia paling mulia yang paling disayang Allah.. Adapun dari Bapak mertuaku, aku bermimpi pada suatu malam bertemu dengan Bapak mertuaku Bp Tarban yang memelukku sambil menangis sambil mengatakan : ilmumu sama dengan ilmuku.
Memang mimpi tidak selamanya menjadi petunjuk, dan belum tentu yang memelukku dalam mimpi itu adalah Bp Tarban, dan penilaianku pada saat itu Bp Tarban adalah salah seorang tokoh islam sejati yang disegani dan dihormati para penganut kejawen.

Makna mimpi bertemu Bp Tarban dan ingatanku pada wasiat ayahku adalah dua hal yang berbeda dan amat bertolak belakang, yang menggambarkan perjalanan hidupku yang berada dipersimpangan jalan, jiwa yang terjerembab dalam kebimbangan, keberanian yang terlanjur bernama nestapa.

Dan bagai tersentak dari mimpi buruk disiang bolong, bibirku berucap lirih : astaghfirullah, aku telah tersesat, ya Allah, ampuni kekhilafanku, maafkan ketidakberdayaanku,
maafkan kejahiliahanku,bibir ini tidak apat menangis, tp yg memandang ini mengeluarkan air mata panas, panas sekali…

Dalam kekalutan itulah aku seakan mendapat petunjuk untuk menata kembali halauan hidupku. Apa yang selama ini aku dambakan tak lain hanyalah kedamaian, hanyalah kedamaian dalam mengarungi bahtera hidup yang terlepas dari mimpi-mimpi buruk, sakit-sakitan yang tak kunjung sembuh dan yang lebih penting lagi adalah mensucikan kembali ajaran tauhid yang selama ini tercemari oleh kesyirikan, kemaksiatan dan kejahiliahan

Langkah selanjutnya , aku mendatangi sahabatku yang punya kemampuan dalam olah batin untuk membantuku membukakan jalan bagi dilunturkannya semua kemampuan ilmu kedigdayaanku yang berasal dari kejawen. Karena atas dasar keikhlasan dari diriku untuk membersihkan batinku dari pengaruh khodam-khodam, maka sahabatku itu mengajakku ke tempat gurunya yang seorang Ustad untuk menceritakan dan mencari solusi atas segala permasalahanku.
Dari hasil deteksi teropong batin, ternyata di dalam diriku telah bersemayam sesosok lelaki tua bertubuh bundar yang tak lain adalah sosok Semar yang seperti kita lihat di dalam kisah pewayangan. Dan sosok semar itulah yang selama ini ternyata telah me-momong diriku.

Barangkali malam itu adalah malam yang bersejarah bagiku, dengan mengikhlaskan seluruh niatku, sahabatku mencabut seluruh ilmuku melalui petunjuk dari gurunya satu persatu. Terjadi pertarungan batin yang seru, seluruh tubuhku meremang dan bergetar hebat, berkali-kali seakan telah keluar sesuatu dari ubun-ubunku, seperti beberapa helai rambut yang tercabut. Dan puncaknya adalah pertarungan batin antara semar dengan sahabatku , bahkan gurunyapun ikut terkena serangan dari sosok semar yang terkenal lembut dan bijaksana namun sakti mandraguna.

Sesungguhnya, tak ada yang menang ataupun kalah dalam pertarungan melawan semar, karena kedua belah pihak baik sahabatku yang dibantu gurunya maupun Semar dilain pihak telah mengeluarkan seluruh kemampuannya.

Sehari setelah aku menjalani proses pelunturan semua keyakinan-keyakinan kejawen dari jiwa ragaku, terasa batin ini menjadi lega karena aku telah memilih keyakinanku sendiri untuk kembali ke jalan Islam dengan sebenar-benarnya, meski untuk menjadi seorang muslim yang benar-benar kaffah adalah sangat berat, namun paling tidak ada i’tikad untuk berusaha sesuai kemampuan.
Hingga pada waktu menjelang sholat maghrib, aku bergegas menuju Musholla kecil yang tak jauh dari rumah untuk mengumandangkan adzan dan sholat maghrib berjamaah. Kebetulan sore itu aku menjadi imam sholat. Dan ketika sedang khusuk memimpin sholat, mataku yang menatap ke arah sajadah sekilas melihat bayangan berkelebat di hadapan saya. Antara terkejut dan penasaran, maka mataku memandang lurus ke depan ke arah tembok pengimaman, dan aku terkejut bukan kepalang ketika aku melihat sesosok Semar berdiri sambil menari-nari, berjumpalitan, putar kanan putar kiri, sambil tertawa dengan gaya tarian bagai Hanoman. Bacaan Fatihah pun sempat terhenti sebentar sampai kemudian aku tersadar bahwa aku sedang memimpin para jamaah untuk menyembah Allah, bukan menyembah Semar…
Allah,
maafkan kekhilafanku
maafkan kejahiliahanku
Allah,
astaghfirullah…

Sebenarnya, apa yang nampak dalam pandanganku seperti sosok Semar, belum tentu semar yang sesungguhnya, bisa juga semar yang sesungguhnya. Namun aku tidak memperdebatkan pandanganku sendiri, apalagi pandangan mata batin, karena penglihatan mata batin amat sangat penuh tipuan, syak dan prasangka, sama seperti mata lahir kita melihat sepasang muda-mudi sedang duduk berdua, kita menyangka mereka sedang pacaran, atau sedang berbicara politik, atau bahkan sedang merencanakan pembunuhan, maka prasangka kita tidak ada yang benar, kecuali mereka yang melakukannya sendiri, dan satu hal yang pasti, alam ghaib hanya Allah yang mengetahui hakikat dan kunci kuncinya. Jika kita mencoba memasukinya, kebanyakan kita akan terjebak di dalamnya..
Wallahu a’lam

Perjalanan Mencari Jalan ~ 7

Semesta Islam

Sebenarnya, apa yang nampak dalam pandanganku seperti sosok Semar, belum tentu semar yang sesungguhnya, bisa juga semar yang sesungguhnya. Namun aku tidak memperdebatkan pandanganku sendiri, apalagi pandangan mata batin, karena penglihatan mata batin amat sangat penuh tipuan, syak dan prasangka, sama seperti mata lahir kita melihat sepasang muda-mudi sedang duduk berdua, kita menyangka mereka sedang pacaran, atau sedang berbicara politik, atau bahkan sedang merencanakan pembunuhan, maka prasangka kita tidak ada yang benar, kecuali mereka yang melakukannya sendiri, dan satu hal yang pasti, alam ghaib hanya Allah yang mengetahui hakikat dan kunci kuncinya. Jika kita mencoba memasukinya, kebanyakan kita akan terjebak di dalamnya..
Wallahu a’lam

Perjalanan Mencari Jalan ~ 7

Semesta Islam

Sebenarnya, apa yang nampak dalam pandanganku seperti sosok Semar, belum tentu semar yang sesungguhnya, bisa juga semar yang sesungguhnya. Namun aku tidak memperdebatkan pandanganku sendiri, apalagi pandangan mata batin, karena penglihatan mata batin amat sangat penuh tipuan, syak dan prasangka, sama seperti mata lahir kita melihat sepasang muda-mudi sedang duduk berdua, kita menyangka mereka sedang pacaran, atau sedang berbicara politik, atau bahkan sedang merencanakan pembunuhan, maka prasangka kita tidak ada yang benar, kecuali mereka yang melakukannya sendiri, dan satu hal yang pasti, alam ghaib hanya Allah yang mengetahui hakikat dan kunci kuncinya. Jika kita mencoba memasukinya, kebanyakan kita akan terjebak di dalamnya..
Wallahu a’lam

Perjalanan Mencari Jalan ~ 6

Semesta Islam
Sehari setelah aku menjalani proses pelunturan semua keyakinan-keyakinan kejawen dari jiwa ragaku, terasa batin ini menjadi lega karena aku telah memilih keyakinanku sendiri untuk kembali ke jalan Islam dengan sebenar-benarnya, meski untuk menjadi seorang muslim yang benar-benar kaffah adalah sangat berat, namun paling tidak ada i’tikad untuk berusaha sesuai kemampuan.
Hingga pada waktu menjelang sholat maghrib, aku bergegas menuju Musholla kecil yang tak jauh dari rumah untuk mengumandangkan adzan dan sholat maghrib berjamaah. Kebetulan sore itu aku menjadi imam sholat. Dan ketika sedang khusuk memimpin sholat, mataku yang menatap ke arah sajadah sekilas melihat bayangan berkelebat di hadapan saya. Antara terkejut dan penasaran, maka mataku memandang lurus ke depan ke arah tembok pengimaman, dan aku terkejut bukan kepalang ketika aku melihat sesosok Semar berdiri sambil menari-nari, berjumpalitan, putar kanan putar kiri, sambil tertawa dengan gaya tarian bagai Hanoman. Bacaan Fatihah pun sempat terhenti sebentar sampai kemudian aku tersadar bahwa aku sedang memimpin para jamaah untuk menyembah Allah, bukan menyembah Semar…
Allah,
maafkan kekhilafanku
maafkan kejahiliahanku

Allah,
astaghfirullah…

Perjalanan Mencari Jalan ~ 6

Semesta Islam
Sehari setelah aku menjalani proses pelunturan semua keyakinan-keyakinan kejawen dari jiwa ragaku, terasa batin ini menjadi lega karena aku telah memilih keyakinanku sendiri untuk kembali ke jalan Islam dengan sebenar-benarnya, meski untuk menjadi seorang muslim yang benar-benar kaffah adalah sangat berat, namun paling tidak ada i’tikad untuk berusaha sesuai kemampuan.
Hingga pada waktu menjelang sholat maghrib, aku bergegas menuju Musholla kecil yang tak jauh dari rumah untuk mengumandangkan adzan dan sholat maghrib berjamaah. Kebetulan sore itu aku menjadi imam sholat. Dan ketika sedang khusuk memimpin sholat, mataku yang menatap ke arah sajadah sekilas melihat bayangan berkelebat di hadapan saya. Antara terkejut dan penasaran, maka mataku memandang lurus ke depan ke arah tembok pengimaman, dan aku terkejut bukan kepalang ketika aku melihat sesosok Semar berdiri sambil menari-nari, berjumpalitan, putar kanan putar kiri, sambil tertawa dengan gaya tarian bagai Hanoman. Bacaan Fatihah pun sempat terhenti sebentar sampai kemudian aku tersadar bahwa aku sedang memimpin para jamaah untuk menyembah Allah, bukan menyembah Semar…
Allah,
maafkan kekhilafanku
maafkan kejahiliahanku

Allah,
astaghfirullah…